BARON4D – Mengulik Konsep Green Mobility di Industri Otomotif yang Diusung Kemenperin

author
3 minutes, 35 seconds Read
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada peluncuran ekspor pertama oleh PT Chery Indonesia di Cikarang, Jumat (1/11)

Liputan6.com, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengenalkan konsep Green Mobility untuk kemajuan industri otomotif Tanah Air. 

Hal itu dikatakan sebagai pendekatan kebijakan yang mengintegrasikan teknologi lebih ramah lingkungan. Efisien dalam penggunaan energi. Berdaya saing tinggi dan mendukung keberlanjutan mobilitas penduduk.

“Apapun perkembangan teknologi otomotif. Kami menyambut baik dan berkomitmen memfasilitasi kebijakannya melalui konsep Green Mobility. Kebijakan ini bakal lebih adaptif dan sustain bagi industri otomotif nasional. Terutama menjawab perkembangan pesat teknologi otomotif ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan energi. Sehingga dapat melindungi investasi otomotif yang telah ada di Indonesia selama ini,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di acara peluncuran Polytron G3, di Jakarta Pusat.

Green Mobility lanjut Menperin, mempertimbangkan investasi otomotif yang sudah berlangsung lama di Indonesia. Pemerintah misalnya, telah memfasilitasi investor produsen ICE dalam bentuk insentif bagi produk LCGC (Low Cost Green Car) dan program biofuel.

Mereka juga telah menerbitkan kebijakan dan insentif guna mendorong terciptanya ekosistem kendaraan listrik. Yakni melalui insentif PPNBM DTP serta hilirisasi sumber daya alam agar mendukung industri baterai kendaraan.

“Selain memfasilitasi teknologi otomotif terbaru. Kami juga tetap akan melindungi investasi otomotif yang sudah lama berproduksi di Indonesia. Prinsipnya, selama investasi industri otomotif lama atau baru tersebut menghasilkan produk otomotif lebih ramah lingkungan. Efisien dalam penggunaan energi dan mendukung mobilitas masyarakat. Maka akan kami fasilitasi melalui kebijakan Green Mobility,” ujar dia salam sambutannya.

Pasar otomotif Indonesia masih memiliki ruang untuk tumbuh dan berkembang. Serta dapat diisi oleh produk otomotif dalam negeri. Hal ini ditunjukkan oleh rasio kepemilikan mobil Indonesia relatif lebih rendah dibanding dengan negara tetangga di ASEAN.

Agus menyebut rasio kepemilikan kendaraan roda empat di Indonesia hanya 99 unit per 1.000 orang penduduk. Sedangkan jumlah penduduk Indonesia mencapai 281 juta orang per tahun 2024.

Rasio kepemilikan kendaraan motor roda 4 di Malaysia misalnya, sebesar 490 unit per 1.000 orang penduduk. Sementara Malaysia hanya memiliki sekitar 35 juta penduduk.

Sementara itu, Thailand juga menunjukkan rasio kepemilikan mobil yang lebih tinggi dibanding Indonesia. Dengan jumlah penduduk sekitar 70 juta orang.

Thailand mampu mencatat rasio kepemilikan mobil sebanyak 275 unit per 1.000 orang. Di Singapura 211 unit per 1.000 orang Korea Selatan 530 unit per 1.000 orang dan Jepang 670 unit per 1.000 orang.

Nah, konsep green mobility diharapkan mendukung upaya pemerintah untuk pencapaian target Net Zero Emission (NZE) sektor manufaktur pada 2050.

Besarnya potensi pasar otomotif Indonesia serta disrupsi teknologi otomotif ke arah produk yang lebih ramah lingkungan. Diharapkan mempercepat pencapaian target NZE manufaktur Indonesia.

“Kami mengakselerasi target NZE di sektor industri manufaktur dapat tercapai pada 2050 atau 10 tahun lebih cepat daripada target yang ditetapkan oleh pemerintah. Kami juga telah melakukan koordinasi dengan para pelaku industri, termasuk sektor otomotif. Alhamdulillah, mereka siap untuk mendukung tercapainya target NZE di sektor manufaktur tersebut,” lanjut Agus.

 

 


2 dari 2 halaman

Mengapresiasi Langkah Polytron

Menperin memberikan apresiasi kepada Polytron atas peluncuran mobil listrik. Sebelumnya mereka sukses meluncurkan motor listrik.

“Ini adalah langkah besar yang memperlihatkan komitmen Polytron untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam pengembangan industri otomotif di Indonesia. Kami juga mengucapkan selamat kepada Polytron atas peluncuran mobil listrik dengan merek nasional,” kata Menperin Agus.

Ia menilai, peluncuran mobil listrik Polytron ini sebagai bukti nyata bahwa industri otomotif Indonesia mampu memproduksi kendaraan bermotor sendiri dengan kualitas yang bersaing.

Lebih dari itu, Polytron G3 diklaim memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang tinggi. Mencerminkan kemajuan luar biasa dalam kemampuan manufaktur dalam negeri.

Apalagi Presiden Prabowo baru saja menandatangani Perpres No. 46 Tahun 2025 tentang Pengadaan Barang Dan Jasa dimana pemerintah pusat dan daerah serta BUMN/BUMD wajib membeli produk dalam negeri.

Produk otomotif Polytron berpotensi dibeli pemerintah dan BUMN/BUMD untuk menjadi mobil dinas maupun kendaraan operasional. Berdasarkan hasil self assessment, mobil listrik Polytron G3 sudah mencapai nilai TKDN sebesar 40 persen.

CEO Polytron Hariono mengucapkan terima kasih atas dukungan, sehingga terjalin sinergi yang kuat antara pemerintah dan pelaku industri. Peluncuran mobil listrik pertama ini menandai kehadiran Polytron yang menginjak usia ke-50 pada bulan September mendatang. 

“2025 adalah tahun yang istimewa bagi Polytron. Ini usia kami melayani konsumen Indonesia genap 50 tahun. Sebuah perjalanan panjang sejak 1975,” ujarnya.

Selam lima dekade terakhir ini, menurut Hariono. Polytron semakin tumbuh dan terus belajar berinovasi untuk mencapai satu tujuan. Yakni mempermudah hidup keluarga Indonesia melalui teknologi dan layanan sesuai dengan kebutuhan.

“Karena itu, mobil listrik Polytron ini hadir bukan sekadar inovasi. Tetapi juga sebagai solusi yang menghadirkan mobilitas lebih ramah lingkungan, aman dan mudah dijangkau secara lebih luas oleh keluarga di Indonesia,” imbuh dia.

Sumber: Oto.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *