:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3491012/original/095137200_1624441526-liputan6-nissan-mazda-02.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Nissan Motor Co. resmi membatalkan rencana pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik (EV), senilai US$ 1,1 miliar (sekitar Rp16 triliun) di Kitakyushu, Jepang. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari strategi restrukturisasi besar-besaran, untuk mengatasi kerugian finansial yang membengkak.
Disitat dari ArenaEV, pabrik Nissan tersebut awalnya dirancang untuk memproduksi baterai lithium iron phosphate (LFP), dengan kapasitas 5 gigawatt-hour per tahun.
Fasilitas ini dijadwalkan mulai beroperasi pada Juli 2028. Proyek ini juga diharapkan menciptakan sekitar 500 lapangan kerja baru.
Pemerintah Jepang sebelumnya telah menjanjikan subsidi hingga 55,7 miliar yen atau sekitar Rp 5,3 triliun untuk mendukung proyek ini.
Namun, Nissan memutuskan untuk membatalkan pembangunan, setelah melakukan evaluasi efisiensi investasi di tengah tekanan keuangan yang berat.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemulihan kinerja perusahaan yang sedang menghadapi tantangan besar.
Dalam laporan keuangan terbarunya, Nissan mencatat kerugian bersih sebesar 670,9 miliar yen untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2025.
Sebagai respons, perusahaan mengumumkan rencana pemangkasan sekitar 20.000 pekerjaan secara global, yang mencakup 15 persen dari total tenaga kerjanya.
Fasilitas Produksi Berkurang
Selain itu, Nissan juga berencana mengurangi jumlah pabrik produksi dari 17 menjadi 10 fasilitas, hingga tahun fiskal 2027.
CEO baru Nissan, Ivan Espinosa, menekankan pentingnya reformasi struktural untuk menghadapi persaingan ketat di industri otomotif, khususnya dari produsen kendaraan listrik asal China seperti BYD dan Geely.
“Kami perlu membangun kembali kekuatan kami agar dapat beralih ke arah yang lebih positif,” ujar Espinosa.
… Selengkapnya